BERBAGI
[responsivevoice_button voice="Indonesian Female" buttontext="Dengarkan Artikel ini.."]

Ada lima area di industri financial technology (fintech) yg mendesak buat diregulasi dengan cermat. Pertama, payment gateway, e-money atau e-wallet, mekanisme know your client (KYC), peer to peer lending, dan digital signature.

Fakta ini terungkap berkat survei Deloitte Consulting terhadap 70 dari 90 perusahaan fintech di Indonesia. Mereka diajukan sekitar 46 pertanyaan kualitatif dan kuantitatif tentang tantangan penting yg dihadapi pelaku fintech Indonesia. Kemudian dikerjakan pula wawancara kepada lima CEO perusahaan fintech terpilih di periode Juni-Agustus 2016.Erik Koenen, Advisor bagi industri jasa keuangan dari Delloitte Consulting, menyampaikan regulasi yg ada ketika ini tertinggal dan tak jelas, seperti 61 persen responden menyebutkan regulasi KYC ketinggalan zaman. Regulasi KYC sejauh ini masih mengharuskan penyedia jasa dan nasabah fintech harus saling bertemu yg merepotkan dan tak sesuai dengan semangat inovasi fintech.Kurangnya kejelasan dan lambatnya proses regulasi menghasilkan iklim bisnis yg kurang adil buat mendorong pertumbuhan lebih besar di industri. Poly perusahaan yg menyebutkan regulasi ketika ini masih dalam wilayah abu-abu (grey area).Untuk itu, 100 persen responden berpendapat adalah kolaborasi dengan pemerintah dan institusi keuangan sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya adalah solusinya. Sebanyak 44 persen perusahaan fintech menyebutkan kolaborasi yaitu salah sesuatu faktor yg menjadi prioritas mereka. Kemudian 51 persen lainnya berpendapat kolaborasi sebagai hal yg sangat utama dilakukan.”38 persen perusahaan fintech menekankan bahwa peningkatan penerapan best practices adalah manfaat terbesar dari perluasan kerja sama di antara pemain fintech. Ad interim 25 persen lagi menyatakan mereka yakin kolaborasi mulai mengembangkan kemampuan mereka memanfaatkan data pasar dan menganalisis profil konsumen merek,” ujar Koenen, ketika penjelasan surveinya di sela event Indonesia Fintech Festival & Conference 2016 di ICE BSD City, Tangerang, Senin (29/8) siang.Hingga kini belum ada paket regulasi yg komprehensif dann jelas sebagai acuan buat para perusahaan fintech Indonesia dan sebagai landasan untuk pilihan bisnis mereka, seperti dijelaskan dalam survei Deloitte. Karaniya Dharmasaputra, Sekretaris Jendral Asosiasi Fintech Indonesia, mengomentari survei tersebut, menyatakan Asosiasi mulai fokus pada 4 hal yg menjadi perhatian dari survei ini. Yakni kolaborasi, regulasi, talenta, dan literasi-inklusi keuangan. Misalnya bersama Otoritas Jasa keungan dan kalangan perbankan, Asosiasi mulai mendorong kolaborasi lebih luas supaya tercipta ekosistem yg cukup ideal untuk pelaku fintech Indonesia.”Misal di regulasi, kalian mulai selalu berdikusi dengan pemerintah supaya ada regulasi yg jelas soal fintech. Sebab kepastian regulasi fintech juga mulai menarik investor buat masuk ke industri fintech Indonesia,” ujarnya.Kata Karaniya, salah sesuatu temuan penting survei in adalah perusahaan fintech menghadapi berbagai kendala buat memperdalam inklusi keuangan. Apalagi sebagian besar masyarakat Indonesia tak paham atau mendapatkan keterangan yg salah tentang sistem keuangan. Karena itu, kita mulai selalu mendorong terciptanya kolaborasi dan semakin intensfikan program-program edukasi bagi meningkatkan literasi keuangan masyarakat supaya tercipta ekosistem fintech yg mendukung di Indonesia.Lebih detail survei Deloitte juga memperlihatkan bahwa mayoritas perusahaan fintech di Indonesia ingin berkolaborasi dengan institusi keuangan lokal (66,2 persen) dan juga perusahaan Fintech lokal (47,1 persen). Mereka juga ingin membentuk kolaborasi dengan korporasi atau konglomerasi lokal (44,1 persen) serta perusahaan teknologi start-up lokal dari industri yang lain (44,1 persen).Baca juga:
Investree.id incar dana kelola Rp 100 Miliar di tahun 2017
Startup Weekend Jakarta ajak anak muda bagi startup secara kilat
Wujudkan mimpi lebih cepat lewat barang bekas
Startup Cubeacon incar juara di ASEAN ICT Award 2016
Traveloka ingin jadi raja online travel di Asia Tenggara
BeKraf siapkan startup Indonesia tembus World Cup 2017

Baca Juga:  Aulia Marinto Terpilih Jadi Ketum Baru Asosiasi E-commerce

Sumber: http://www.merdeka.com

LEAVE A REPLY

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.